Jumat, 18 Agustus 2017

Lomba Tumpengan Sebagai Wujud Pelestarian Budaya Bangsa dalam Memperingati HUT RI 72

Tumpeng
Mari kita simak sejenak tentang Tumpeng,
Tumpeng adalah cara penyajian nasi beserta lauk-pauknya dalam bentuk kerucit; karena itu disebut pula 'nasi tumpeng'. Olahan nasi yang dipakai umumnya berupa nasi kuning, meskipun kerap juga digunakan nasi putih biasa atau nasi uduk. Cara penyajian nasi ini khas Jawa atau masyarakat Betawi keturunan Jawa dan biasanya dibuat pada saat kenduri atau perayaan suatu kejadian penting. Meskipun demikian, masyarakat Indonesia mengenal kegiatan ini secara umum.Tumpeng biasa disajikan di atas tampah (wadah bundar tradisional dari anyaman bambu) dan dialasi daun pisang.

Sejarah dan Tradisi
Masyarakat di pulau Jawa, Bali dan Madura memiliki kebiasaan membuat tumpeng untuk kenduri atau merayakan suatu peristiwa penting. Meskipun demikian kini hampir seluruh rakyat Indonesia mengenal tumpeng. Falsafah tumpeng berkait erat dengan kondisi geografis Indonesia, terutama pulau Jawa, yang dipenuhi jajaran gunung berapi. Tumpeng berasal dari tradisi purba masyarakat Indonesia yang memuliakan gunung sebagai tempat bersemayam para hyang, atau arwah leluhur (nenek moyang). Setelah masyarakat Jawa menganut dan dipengaruhi oleh kebudayaan Hindu, nasi yang dicetak berbentuk kerucut dimaksudkan untuk meniru bentuk gunung suci Mahameru, tempat bersemayam dewa-dewi.
Meskipun tradisi tumpeng telah ada jauh sebelum masuknya Islam ke pulau Jawa, tradisi tumpeng pada perkembangannya diadopsi dan dikaitkan dengan filosofi Islam Jawa, dan dianggap sebagai pesan leluhur mengenai permohonan kepada Yang Maha Kuasa. Dalam tradisi kenduri Slametan pada masyarakat Islam tradisional Jawa, tumpeng disajikan dengan sebelumnya digelar pengajian Al Quran. Menurut tradisi Islam Jawa, "Tumpeng" merupakan akronim dalam bahasa Jawa : yen metu kudu sing mempeng (bila keluar harus dengan sungguh-sungguh). Lengkapnya, ada satu unit makanan lagi namanya "Buceng", dibuat dari ketan; akronim dari: yen mlebu kudu sing kenceng (bila masuk harus dengan sungguh-sungguh) Sedangkan lauk-pauknya tumpeng, berjumlah 7 macam, angka 7 bahasa Jawa pitu, maksudnya Pitulungan (pertolongan). Tiga kalimat akronim itu, berasal dari sebuah doa dalam surah al Isra' ayat 80: "Ya Tuhan, masukanlah aku dengan sebenar-benarnya masuk dan keluarkanlah aku dengan sebenar-benarnya keluar serta jadikanlah dari-Mu kekuasaan bagiku yang memberikan pertolongan". Menurut beberapa ahli tafsir, doa ini dibaca Nabi Muhammad SAW waktu akan hijrah keluar dari kota Mekah menuju kota Madinah. Maka bila seseorang berhajatan dengan menyajikan Tumpeng, maksudnya adalah memohon pertolongan kepada Yang Maha Pencipta agar kita dapat memperoleh kebaikan dan terhindar dari keburukan, serta memperoleh kemuliaan yang memberikan pertolongan. Dan itu semua akan kita dapatkan bila kita mau berusaha dengan sungguh-sungguh.
Tumpeng merupakan bagian penting dalam perayaan kenduri tradisional. Perayaan atau kenduri adalah wujud rasa syukur dan terima kasih kepada Yang Maha Kuasa atas melimpahnya hasil panen dan berkah lainnya. Karena memiliki nilai rasa syukur dan perayaan, hingga kini tumpeng sering kali berfungsi menjadi kue ulang tahun dalam perayaan pesta ulang tahun.
Dalam kenduri, syukuran, atau slametan, setelah pembacaan doa, tradisi tak tertulis menganjurkan pucuk tumpeng dipotong dan diberikan kepada orang yang paling penting, paling terhormat, paling dimuliakan, atau yang paling dituakan di antara orang-orang yang hadir. Ini dimaksudkan untuk menunjukkan rasa hormat kepada orang tersebut. Kemudian semua orang yang hadir diundang untuk bersama-sama menikmati tumpeng tersebut. Dengan tumpeng masyarakat menunjukkan rasa syukur dan terima kasih kepada Tuhan sekaligus merayakan kebersamaan dan kerukunan
 
Lauk-pauk
Tidak ada lauk-pauk baku untuk menyertai nasi tumpeng. Namun, beberapa lauk yang biasa menyertai adalah perkedel, abon, kedelai goreng, telur dadar/telur goreng, timun yang dipotong melintang, dan daun seledri. Variasinya melibatkan tempe kering, serundeng, urap kacang panjang, ikan asin atau lele goreng, dan sebagainya. Dalam pengartian makna tradisional tumpeng, dianjurkan bahwa lauk-pauk yang digunakan terdiri dari hewan darat (ayam atau sapi), hewan laut (ikan lele, ikan bandeng atau rempeyek teri) dan sayur-mayur (kangkung, bayam atau kacang panjang). Setiap lauk ini memiliki pengartian tradisional dalam budaya Jawa dan Bali. 
Lomba Tumpengan 
Acara yang melibatkan nasi tumpeng disebut secara awam sebagai 'tumpengan'. Di Kecamatan Sumbersuko, berkembang tradisi Lomba 'tumpengan' pada malam sebelum tanggal 17 Agustus, Hari Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, untuk mendoakan keselamatan negara. Tradisi ini diikuti oleh 8 Desa yang berada di Kecamatan Sumbersuko. Masing-masing desa akan mempersiapkan tumpeng mereka dengan semenarik mungkin dan sebaik mungkin untuk unjuk gigi dalam perlombaan ini, semangat kemerdekaan ini lah yang selalu menjadi penggerak kreatifitas ibu-ibu PKK Desa Kecamatan Sumbersuko 
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

SELAMAT DATANG DI WEBBLOG KELOMPOK INFORMASI MASYARAKAT. WEBBLOG INI MERUPAKAN MEDIA INFORMASI DAN KOMUNIKASI BAGI ANDA UNTUK MENGENAL LEBIH DEKAT KABUPATEN LUMAJANG DARI BERBAGAI ASPEK DIANTARANYA PELAYANAN MASYARAKAT, POTENSI WILAYAH, SARANA-PRASARANA, DAN BEBERAPA INFORMASI LAINNYA YANG BISA ANDA SERAP.. SELAMAT MEMBACA...!!

MOTTO KIM

BERAKSI (BERSAMA, ASPIRATIF, KOMUNIKATIF, SOLUTIF DAN INSPIRATIF)

STOP HOAX

STOP HOAX

LAYANAN E-KTP

LAYANAN E-KTP

INGAT 3M+...!!!!

INGAT 3M+...!!!!

KAMPANYE IMUNISASI MR

SEKRETARIAT

Jl. Raya Sumbersuko No.
Desa Labruk Kidul Kec. Sumbersuko
Kabupaten Lumajang

Email :
kimtributari@gmail.com

Kontak Person :
Maya Windhi (082234789500)

TERJEMAHAN

STATISTIC

TRAFFIC KUNJUNGAN

BERITA KIM


JADWAL HUT RI KE-72

PERSIAPAN KARNAVAL